08 September 2016

Desa dan Kenyamanan

Apabila harus memilih untuk tinggal di desa atau di kota, aku akan memilih untuk tinggal di desa. Karena di sana aku lebih merasakan kenyamanan. Suasananya, masyarakatnya, kehidupannya, sangat membuat aku nyaman. 

Dari kecil hingga remaja, aku pun tinggal di desa. Namun pada beberapa tahun ini, aku harus tinggal di perkotaan, bahkan di luar negeri. Menjalani kehidupan yang begitu sibuk dan padat. Orang-orang yang keras, dan suasana yang angkuh.

Rasa rindu akan kehidupan desa dan kenyamanannya seringkali hinggap di hati. Maka sesekali mesti pulang ke desa, meskipun bukan desa sendiri. Dan saat ini, aku sedang dalam perjalanan menuju desa Rohawi, provinsi Giza - Mesir.


Stasiun Kairo, 8 September 2016

01 March 2016

Sore ke Malam di Kampung Halaman

Aku rindu bau debu yang disiram air hujan. Aku rindu kampung halaman. Rindu tanah liat yang kujadikan patung kecil dan mobil-mobilan. Waktu sore yang asyik untuk bermain. Kemudian ibu memanggil untuk mandi dan makan. Ayah mengajak ke masjid. Mengaji alquran sambil digigiti nyamuk-nyamuk.

Aku rindu malam yang hening bersama tetesan hujan. Lembab bergemericik pada genangan air yang terinjak sandal. Obrolan para pemuda yang membuatnya hidup. Lampu-lampu jalanan yang dikerumuni oleh laron-laron. Hujan pun jatuh di malam hari. Bersama kilat dan sambaran petirnya yang mendebarkan.

24 January 2016

Giliran Kakiku yang Diuji


Ujian adalah salahsatu batu loncatan besar, yang harus dilalui seseorang, agar dapat menempuh perjalanan selanjutnya. Ujian di kampus telah selesai, tapi giliran kakiku yang diuji. Semoga ia semakin kuat, untuk berjalan sejauh-jauhnya.

Sudah sekian hari, bahkan beberapa bulan ini, saya tidak bermain futsal. Sore tadi, saya baru bermain lagi, bersama teman-teman satu kost-an. Itung-itung refreshing setelah ujian.

Saya bertandang menjadi penjaga gawang. Nah, saat menghalau lawan, kaki kiri saya tertahan oleh kaki sang lawan, dan terhentak. Lumayan sakit. Sepertinya keseleo. Setelah itu, jalan saya jadi agak pincang.

Malamnya, saya harus bertugas menjadi sopir ke bandara. Karena keseleo, saya jadi tidak pede. Tapi bismillah saja. Alhamdulillah perjalanan lancar.

Namun di perjalanan, saat laju mobil agak kencang, tiba-tiba di depan ada polisi tidur. Sontak kaki kiri saya langsung menginjak rem dan menahannya. Dan rasa sakitnya lumayan terasa di lutut. Tapi alhamdulillah semua penumpang baik-baik saja.

Kairo, 23 Januari 2016

20 January 2016

Belajar, Berdoa, Ujian, Tawakkal

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat ilahi robbi, saya panjatkan setinggi-tingginya. Ujian term awal telah selesai saya lalui. Langkah saat ini adalah bertawakkal, menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Allah ta'ala. Karena ialah dzat yang maha adil, lagi maha menentukan.


Dalam menyikapi ujian di kampus, kami biasa menganut teori: belajar, berdoa, kemudian bertawakkal. Adapula yang menambahinya dengan bersedekah.


Belajar adalah kewajiban kami sebagai mahasiswa. Berdoa adalah hal yang sepatutnya dilakukan oleh orang yang beriman. Dan bertawakkal, adalah puncak daripada iman. Ketika seorang hamba merasa bahwa sudah tidak ada lagi daya dan upaya, kecuali berharap akan ketentuan Allah setelahnya, yang memuaskan.


Namun apabila Allah berkehendak lain, tidak sepatutnya bagi seorang hamba untuk tidak menerima. Tidak ada hak bagi seorang hamba untuk menolaknya. Orang yang bijak akan selalu mengambil hikmah yang terkandung dalam setiap kejadian, dalam setiap ketentuan Allah ta'ala.


Akhirnya, saya berharap, semoga hasil daripada ujian yang telah saya lalui ini, memuaskan. Semoga Allah sudi memberikan saya anugrah, dan mengizinkan saya untuk berbahagia merayakan kelulusan. Dan kepada segenap saudara dan saudari, juga sudi kiranya agar mengamini doa saya ini. Terima kasih :)

Kairo, 20 Januari 2016


18 January 2016

Siuman dari Pingsan

Hari ini, saya menulis lagi untuk blog yang lama pingsan, yang tidak pernah diisi postingan. Selama satu tahun kemarin, saya hanya satu kali memposting tulisan. Bulan Januari. Ketika masa-masa ujian semester. Dan saat ini, juga sedang masa-masa ujian. Apa karena masa-masa ujian itu masa-masa galu sehingga terdorong untuk menulis. Oh tidak. Wah, jangan-jangan, saya hanya menulis di blog hanya pada masa-masa ujian (?) Oh tidak, semoga tidak.


Sesungguhnya, saya adalah orang yang sangat malas untuk menulis yang panjang-panjang. Saya lebih suka menulis yang pendek-pendek. Entahlah. Padahal, saya adalah mantan kru menulis salahsatu buletin mahasiswa Kairo, tapi yang selalu dikejar-kejar sama deadline. Saya sering telat menyelesaikan tugas menulis. Saya lebih suka menulis status di facebook yang terkesan pendek daripada menulis di blog yang terkesan banyak karakter tulisannya.


Saya bisa menulis, tapi saya tidak biasa menulis. Saya bisa membuat berbagai macam tulisan, tapi tentu agak lama prosesnya, karena saya tidak biasa melakukan itu. Pepatahnya, “ala bisa karena biasa”. Saat ini saya lebih sering mengedit tulisan orang daripada membuat tulisan sendiri. Saya sering mengedit tulisan teman-teman yang hendak dimuat di media, baik media cetak maupun media elektronik.


Entah lagi, saya lebih mau mengedit daripada membuat. Mungkin bagi saya, membuat itu lebih berat. Karena setiap kali mau menulis, saya seringkali kebingungan, akan dimulai darimana. Nah, ini salahsatu penyakit yang menghambat orang yang hendak menulis. Padahal, di forum-forum sharing kepenulisan, saya sering memberikan motivasi kepada teman-teman yang malas menulis karena penyakit ini. Oh tidak. Saya menasehati tapi saya sendiri begini. Ampun ya Allah.


Sekarang, saya ingin membuat blog ini siuman dari pingsannya. Saya berharap agar saya bisa sering mengisi blog saya ini, agar tidak menjadi blog yang suwung, angker, tanpa isi, tanpa penghuni. Dan semoga bisa bermanfaat, khususnya untuk diri saya sendiri. Setidaknya, saya bisa membiasakan diri untuk terus menulis. Agar tidak hanya pintar sharing, tapi juga pintar mempraktekkan apa yang belum dan telah disampaikan kepada orang lain. :)

Kairo, 19 Januari 2016