Salah satu
kekayaan yang begitu berharga bagi bangsa Indonesia adalah bahasa.
Bahasa-bahasa daerah, dan tentunya bahasa Indonesia itu sendiri. Seiring
kemajuan zaman, nuansa berbahasa Indonesia itu semakin menghilang. Orang-orang
lebih suka menggunakan bahasa yang inggris-inggris. Tidak masalah
kalau sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris yang baik dan benar. Berbicara
dengan bahasa inggris sesuai keadaan dan kebutuhan. Akan tetapi, orang-orang
semerta menggunakan bahasa inggris seenaknya sendiri. Mencampur bahasa inggris
dengan bahasa Indonesia. Hingga terjadilah degradasi bahasa Indonesia.
Misalnya
dalam berbicara, orang-orang lebih suka bilang “fine” daripada berkata
“baiklah”. Lebih enak bilang “thank you” daripada berkata “terima kasih”. Lebih
puas bilang “as soon as possible” daripada berkata dengan ungkapan bahasa
Indonesia “lebih cepat lebih baik” dan seterusnya. Ungkapan-ungkapan inggris
ini diselipkan di sela-sela berbicara mereka dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Bukankah ini adalah hal yang tanggung? Ngomong inggris
tidak, ngomong Indonesia pun tidak. Lalu sebenarnya mereka
sedang berbicara menggunakan bahasa apa? Dia orang inggris apa orang Indonesia?
Jika
orang-orang seperti ini terus dibiarkan, maka tidak saja degradasi budaya yang
terjadi, bisa-bisa sampai kepada degradasi moral. Misalnya, terlihat biasa jika
orang-orang seperti ini berinteraksi dengan komunitasnya atau orang-orang
sebaya. Akan tetapi akan terlihat lain, tidak sopan jika dengan orang-orang
yang lebih tua atau yang lebih tua lagi, atau bahkan orang-orang tua yang dulu
ikut andil dalam perang kemerdekaan. Tentunya mereka akan merasa kecewa melihat
kondisi bangsa sekarang yang kemerdekaannya diisi oleh orang-orang yang
kesana-kemari dengan mudah dan rasa tak bersalahnya bilang “fine, fine, fine”.
Orang-orang
seperti itu tidak boleh dibiarkan menjangkiti generasi berikutnya. Mereka telah
mengingkari dan melanggar janji sumpah pemuda yang berbunyi “kami putra-putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Entah, sumpah
pemuda setiap tahun diperingati namun kondisi yang diharapkan oleh ritual
sumpah pemuda tidak semakin baik. Apakah peringatan sumpah pemuda hanya
dijadikan sebagai momen tahunan tanpa arti atau hanya pencitraan kepada para
pendahulu saja agar mereka tidak murka? Kalau begitu, hapuskan saja peringatan
sumpah pemuda!
Bahasa
adalah cerminan jatidiri bangsa. Tanpa bahasa, Indonesia bukanlah apa-apa.
Dampak degradasi bahasa tak disadari secara langsung oleh para pemuda sebagai
penerus Bangsa. Mau dibawa kemanakah Bangsa ini ke depannya? Siapa lagi
kalau bukan kita para pemuda dan seluruh elemen bangsa yang menjaga
otentisitasnya dan melestarikan keberadaannya? Ini tugas bersama!
Tub Romly,
18 Oktober 2012 1:23 pm
0 komentar:
Post a Comment